Sabtu, 24 Desember 2011

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN 1 TANAMAN JAGUNG


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN


LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA                                        : HASAN BASRI
NIM                                            : 101510501032
GOLONGAN/ KELOMPOK    : SELASA PAGI / 5
ANGGOTA                                : 1. GANJAR A.                 (101510501117)
2. LUSIANA                    (101510501119)
3. SEPTIAN P.                 (101510601138)
4. USWATUN H.             (101510601156)
5. DIMAS DWI K.          (101510601121)
6. RONI SUCIPTO          (101510601123)
JUDUL ACARA                        : TEKNIK PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
(ZEA MAYS)
TANGGAL PRAKTIKUM       : 11 NOVEMBER 2011
TANGGAL PENYERAHAN   : 22 DESEMBER  2011
ASISTEN                                   : 1. DEDY EKO S.
2. FRENGKY HERMAWAN
3. EVA NUR AINI
4. HAIKAL WAHONO
5. AHMAD NUR H. G. A.
7. MEIDA WULANDARI
8. NOVITA FRIDA S.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi besar untuk melakukan swasembada komoditas pangan. Komoditas yang termasuk dalam subsektor pangan antara lain padi, jagung, kedelai, kacang hijau, dan lainnya. Komoditas-komoditas yang masuk ke dalam subsektor pangan tersebut sebenarnya mampu memenuhi permintaan akan kebutuhan pangan dari seluruh rakyat Indonesia. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan tidak tercukupi, seperti peralihan bahan pangan lokal (jagung, sagu, dan umbi-umbian) kepada komoditas padi. Hal ini menyebabkan pemenuhan bahan pangan komoditas padi menjadi tidak terpenuhi secara menyeluruh. Tindakan atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah secara praktis yaitu dengan mengadakan impor beras. Kebijakan ini tentu saja membuat para petani dearah atau lokal menjadi merugi, karena harga beras impor lebih murah dibandingkan dengan harga beras lokal. Kebijakan lain yang lebih bijak dan harus dilanjutkan adalah dengan memberikan kesadaran kepada rakyat untuk kembali mengkonsumsi bahan pangan lokal, seperti: singkong, sagu, umbi-umbian, dan jagung.
Jagung (Zea Mays) merupakan salah satu komoditas yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia. Jagung dimanfaatkan oleh warga indonesia untuk kebutuhan pangan dan atau ntuk lain-lainnya sesuai dengan keinginan konsumen. Sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, jagung merupakan salah satu alternative pengganti beras. Di wilayah Jawa Timur masih banyak pedagang yang menjual nasi jagung maupun beras jagung, baik itu yang berupa jagung biasa yang sudah dirontokkan dari tongkolnya maupun jagung yang telah digiling menjadi beras jagung. Jadi banyak para petani yang menggunakan lahannya untuk dimanfaatkan sebagai lahan pembudidayaan jagung.
Budidaya jagung harus memperhatikan beberapa faktor umum, seperti halnya budidaya tanaman pangan lain. Faktor umum yang harus diperhatiakan antara lain seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung pada tanaman yang akan dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu keunggulan-keunggulan tertentu yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri, seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman, mendukung tanaman agar toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang menguntungkan, atau mendukung hal-hal lain. Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan lingkungan di sekitar tempat tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik yang biasanya dikaitkan dengan organisme-organisme lainnya yang berasosiasi dengan tanaman, baik itu asosiasi yang bersifat mutualisme maupun parasistisme. Lingkungan lainnya yaitu abiotik, seperti keadaan cuaca atau iklim, intensitas cahaya, curah hujan, pH tanah, keadaan keharaan tanah dan lain sebagainya.
Unsur-unsur tersebut memiliki peran atau pengaruh yang cukup penting dalam proses pemdudiayaan tanaman pangan, khususnya komoditas jagung yang cukup memiliki pengaruh dalam kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia.

1.2          Tujuan dan Manfaat
1.2.1  Tujuan
1.    Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2.    Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.

1.2.2  Manfaat
1.        Dapat mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2.        Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.





BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi tanaman jagung dapat dilihat mulai dari akar jagung. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian setakar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar
adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar
adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah.
Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya)
bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan
air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi
tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium,
tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar (Syafruddin
2002).
Benih bermutu merupakan syarat utama untuk mendapatkan panen yang maksimal. Disebut benih bermutu; jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas penyakit dan campuran biji rumput yang tidak dikehendaki. Kriteria ini biasanya menghasilkan tanaman sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan yang seragam (Ichal, 2010).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas
terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas
berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh
(bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-
lingkaran menuju perikarp dekat epidermis (Subekti, 2001).
Sebelum jagung ditanam, lahan perlu dibersihkan dari gulma dan tanaman liar. Gulma seperti alang alang, rumput teki, semak dan pohon perdu disiangi sampai ke akar akarnya. Gulma itu dibakar, abunya ditaburkan ke lahan sebagai kompos untuk kesuburan tanah. Gulma jangan dikubur, karena dikawatirkan akan munculnya hama seperti rayap dan semut. Selain itu, alang alang dan rumput teki bisa tumbuh kembali apabila hanya dikubur di dalam tanah. Selain gulma, pohon pohon besar yang tumbuh di sekitar lahan dan berpotensi menghalangi masuknya sinar matahari; untuk jagung melakukan proses fotosintesis, juga perlu ditebang (Ichal, 2010).
















BAB 3. METODOLOGI
3.1         Tempat dan Waktu
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Jagung (Zea mays) ini dilaksakan di Lapang Agroteknopark  pada hari Selasa tanggal 11 November 2011 pukul 07.00 WIB.

3.2         Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.    Cangkul
2.    Tugal
3.    Roll meter
4.    Tali raffia
5.    Papan nama
6.    Ayakan
7.    Timba

3.2.2 Bahan
1.    Benih jagung
2.    Tanah
3.    Pupuk urea
4.    Pupuk SP-36
5.    Pupuk KCl
6.    Polybag ukuran 40x60
7.    Tanah kering angin (diayak)

3.3         Cara Kerja      
1.        Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.        Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemurnya sampai kering angin.
3.        Mengambil sampel tanah kemudian dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4.        Memasukkan tanah sebanyak 10 Kg ke dalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat tanah disesuaikan, kemudian disiram dengan air.
5.        Menanam benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2 benih.
6.        Pemupukan SP-36 dan KCl serta menambahkan bahan organik sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik cepat, sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan.
7.        Melakukan pengamatan secara rutin.

3.4         Parameter yang Diamati
1.      Tinggi tanaman (diukur  sampai titik tumbuh).
2.      Jumlah daun
3.      Berat berangkasan (berat basah dan berat kering dari leher akar sampai ujung tanaman)
4.      Lingkaran batang pada daun ke-4 (cm)
5.      Kecepatan tumbuh bunga.
6.      Tipe perkecambahan.











BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
Tabel Pengamatan Tanaman Jagung (terlampir)

4.1.2 Grafik
Grafik Tinggi Tanaman Ulangan 1

Grafik Tinggi Tanaman Ulangan 2

Grafik Tinggi Tanaman Ulangan 3
Grafik Tinggi Tanaman Ulangan 4

Grafik Jumlah Daun Ulangan 1

Grafik Jumlah Daun Ulangan 1

Grafik Jumlah Daun Ulangan 3

Grafik Jumlah Daun Ulangan 4

4.2 Pembahasan
Pada proses pengelolaan tanah, hal-hal yang dilakukan adalah antara lain lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak serta diberikan pupuk dasar untuk perbaikan kandungan unsur hara tanah sebelum ditanami. Gulma seperti alang alang, rumput teki, semak dan pohon perdu disiangi sampai ke akar akarnya. Gulma itu dibakar, abunya ditaburkan ke lahan sebagai kompos untuk kesuburan tanah. Selain itu bila melakukan penyiangan gulma, maka gulma jangan dipendam/dikubur . Hal ini dapat menyebabkan gulma tersebut tumbuh kembali.
Pengolahan tanah dengan mencangkul ataupun membajak dimaksudkan agar tekstur dari tanah tersebut menjadi lebih remah, sehingga mudah ditanami. Untuk lahan yang memiliki jenis tanah gembur atau bekas tanaman semusim, pencangkulan cukup dilakukan sekali saja. Sementara itu untuk lahan yang memiliki tanah berat, pencangkulan perlu dilakukan dua kali lalu digaru. Jika lahan yang digarap terlalu luas, pencangkulan bisa diganti dengan bajak agar pengerjaannya bisa lebih cepat.
Jagung akan tumbuh lebih baik pada tanah-tanah subur, berdrainase baik, suhu hangat dan curah hujan merata sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan sekitar 100-125 mm. Kisaran pH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jagung adalah 5,5 – 8,0 dengan pH optimum 6,0 – 7,0. Suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman jagung adalah sekitar 21 – 32° C. Suhu panas dan lembab amat baik bagi pertumbuhan tanaman jagung pada periode fase vegetatif sampai fase reproduktif, terutama pada saat mengakhiri pembuahan. Suhu yang terlalu panas dan kelembaban udara rendah berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung karena menyebabkan rusaknya daun dan terganggunya persarian bunga. Keadaan suhu rendah dan tanah basah sering menyebabkan benih jagung membusuk. Jagung dapat ditanam di ketinggian antara 1.000-1.800 m dpl.
Untuk menghindarkan hama dan jamur serta untuk merangsang pertumbuhan dengan kualitas yang baik, sebelum ditanam benih direndam terlebih dahulu ke dalam air yang sudah dicampur pupuk RI1 selama 30 menit. Sesudah direndam perlu ditiriskan, tetapi tidak perlu diberi fungisida. Penanaman benih dilakukan pada pagi atau sore, saat matahari tidak begitu terik. Setelah benih masuk ke lubang, maka lubang itu harus ditutuip lagi dengan tanah secara ringan; tidak perlu dipadat padatkan. Waktu terbaik menanam benih adalah waktu akhir musim hujan agar saat masa pertumbuhan hingga memasuki masa mengeluarkan buah, tanaman masih mendapatkan pasokan air dan diharapkan saat panen tiba, musim kemarau telah datang sehingga memudahkan proses pengeringan. Karena saat ini kondisi dan situasi musim di Indonesia selalu berubah, untuk memastikan jadwal yang tepat, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dinas pertanian setempat.
Jagung tipe perkecambahannya termasuk hipogeal. Tipe perkecambahan hipogeal adalah tipe perkecambahan dimana epikotil bibit mengalami pertumbuhan yang signifikan sedangkan hipokotil tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan sehingga kotiledon tetap tinggal di dalam tanah.
Benih jagung yang ditanam akan mulai berkecambah kurang lebih pada hari ke 5-7 setelah penanaman. Kemudian dilakukan pengecekan terhadap benih jagung yang tidak tumbuh. Jika ada benih yang tidak tumbuh, mati, atau tanaman muda terserang penyakit, segera lakukan penyulaman yakni melakukan penanaman benih kembali yang proses dan tata caranya sama dengan penanaman benih sebelumnya. Penyulaman ini dimaksudkan agar tanaman tumbuh seragam, baik umur maupun sosoknya. Karena itu penyulaman tidak bisa dilakukan setelah tanaman berumur di atas 25 hari, dikarenakan pada usia itu sistem perakaran tanaman sudah tumbuh kuat sehingga benih sulaman tidak mampu bersaing memperebutkan unsur hara.
Pengariran dilakukan dengan sistem leb; mengalirkan air ke dalam parit hingga meresap ke seluruh bagian bedengan. Cara ini lebih efisien dibanding penyiraman manual yang tentu memakan banyak waktu dan tenaga. Agar akar tanaman tetap mudah bernafas, usahakan saat melakukan pengairan air tidak sampai menggenangi bedengan. Untuk lahan yang tergolong kering atau saat tanaman mulai mengeluarkan buah, pengairan harus dilakukan dengan teratur dan terjadwal. Lahan yang terlalu kering atau kekurangan air saat proses pembuahan akan mengakibatkan tongkol tumbuh kecil sehingga mengurangi jumlah produksi pada saat panen.
Umur panen tergantung dari varietasnya. Tetapi ada beberapa ciri khusus, salah satunya adalah ketika daun jagung, kelobot, sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijinya ditekan menggunakan kuku. Sebelum dipanen, daun jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya sehingga yang tersisa di pohon adalah buah jagung yang terkupas tetapi masih tersisa daunnya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan jagung. Setelah beberapa hari di pohon dan bijinya tampak mengering, barulah dilakukan pemetikan dengan mengambil waktu pada siang hari, ketika cuaca terik, agar kadar air dalam biji tidak bertambah. Ingat, kadar air yang tinggi menyebabkan buah jagung mudah terserang penyakit.
Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yaitu :
1.    faktor suhu / temperatur lingkungan dimana tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
2.    faktor kelembaban / kelembapan udara dimana kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan jagung. Tempat yang lembab menguntungkan bagi jagung di mana jagung dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3.    faktor cahaya matahari, Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
4.    Faktor Hormon, Hormon pada tanaman jagung juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
Berdasarkan data pengamatan didapat hasil bahwa pada ulangan 1, hasil tinggi tanaman yang tertinggi pada minggu ke 8 yaitu P1, lalu disusul P2 dan yang paling kecil yaitu P3.
Pada ulangan 2, tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu P2, lalu disusul oleh P1 dan terakhir P3. Interval tinggi antara P2 dengan yang lainnya sangat tinggi. Hal ini menunjukan tanaman P2 merupakan tanaman yang paling baik pertumbuhannya jika dilihat dari tinggi tanamannya.
Pada ulangan 3 hasilnya P2 merupakan tanaman yang paling tinggi disusul oleh P3 yang selisihnya sangat signifikan lalu yang paling rendah atau pendek yaitu P1. Pada ulangan 4 yang paling tinggi yaitu P2, lalu disusul oleh P1 dan terakhir P3. Selisihnya antar perlakuan sekitar 20 cm.
Berdasarkan jumlah daunnya, pada ulangan 1, P1 hasilnya sangat fluktuatif, bahkan pada minggu ke 5 tanaman mati sehingga jumlah daunnya nol. Lalu dilakukan penyulaman sehingga jumlah daunnya kembali bersaing dengan perlakuan lainnya. Jumlah daun terbanayak yaitu P2 lalu disusul oleh P1 dan terkahir P3.
Pada ulangan 2, jumlah daun P1 pada minggu ke 3,4 dan 5 nol karena tanamannya mati. Lalu dilakuakn pemyulaman. Pada ulangan 3, jumlah daun P1 pada minggu ke 3,4,5 jumlahnya nol karena tanaman mati, lalu dilakukan penyulaman. Pada minggu ke 8, jumlah daun paling banyak yaitu pada P2, lalu P3 dan terakhir P1.
Pada ulangan 4, jumlah daun P1 pada minggu ke 5 adalah nol karena tanaman mati sehingga dilakukan penyulaman. Pada minggu ke 8, jumlah daun terbanyak yaitu pada P2, lalu disusul P1 dan terakhir oleh P3.
Berdasarkan hasil praktikum kali ini dapat dilihat bahwa perlakuan yang paling baik yaitu perlakuan P2 yang menggunakan 200 kg/ha urea dan 2% bahan organik, dimana 1/3 urea dan bahan organik diberikan saat penanaman sebagai pupuk dasar dan 2/3 urea diberikan sebagai pupuk susulan pada 15 hari setelah tanam. Hasil P2 merupakan yang terbaik, hal ini dikarenakan adanya bahan oragik yang diberikan pada media dalam polibag. penambahan bahan organik mampu membuat tanah menjadi lebih baik sehingga dapat lebih optimal dalam menunjang pertumbuhan tanaman, sehingga jelas sudah mengapa P2 merupakan perlakuan yang paling baik.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Untuk mendapatkan tanaman jagung yang pertumbuhannya baik maka harus diperhatikan beberapa hal seperti pemilihan benih, kondisi tanah, kondisi iklim, pemupukan, pemeliharaan, pengolahan tanah, perawatan, waktu tanam dan lain sebagainya.
2.      Selain memperhatikan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung, yang harus dilakukan adalah melakukan proses budidaya tanaman jagung yang tepat agar menghasilkan dengan optimal.
3.      Jika dilihat dari parameter tinggi tanaman dan jumlah daun maka perlakuan yang paling baik yaitu perlakuan P2.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum kali ini juga memperhatikan dan melakukan usaha budidaya tanaman jagung yang lebih baik lagi, agar hasil praktikum didapatkan yang lebih baik dan optimal. Selain itu, dalam pemupuakn tanaman jagung dengan menggunakan pupuk anorganik, sebaiknya dikombinasikan dengan pupuk organik karena peran pupuk organik yang sangat penting bagi tanah dalam rangka menunjang pertumbuhan tanaman.









DAFTAR PUSTAKA
Ichal. 2010. Cara Bercocok Tanam Jagung. Bandung; Gramedia.
Rogi, J.E.X., Kalangi, J.I., dan Paskalina,Y. 2010. Produktivitas Jagung (Zea mays L.) pada Berbagai Tingkat Naungan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.). Buletin Palma. Vol 38(3): 49-51.

Sudadi. 2007. Ketersediaan K dan Hasil Kedelai Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Vertisol yang diberi Mulsa dan Pupuk Kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7(1): 8-12.

Subekti, Nuning Argo, dkk. 1990. Morfologi Tanaman Dan Fase Pertumbuhan Jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Syafruddin. 2002. Tolok Ukur dan Konsentrasi Al untuk Penapisan Tanaman Jagung Terhadap Ketenggangan Al. Bogor: Puslitbangtan.

 
Lampiran :


Tabel Pengamatan Tanaman Jagung
Kel.
Perlakuan
Ulangan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Panjang Akar
Diameter Batang
Jumlah Akar
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8

1


P1
J1
10,5
7,1
18,4
13,6
0
99,5
130,3
156
2
5
5
8
0
10
11
12
96 cm
8 cm
20
J2
11,2
7,3
0
0
0
107
121,2
134
2
5
0
0
0
10
12
10
96 cm
5 cm
24
J3
-
14,9
0
0
0
23
73,4
96,8
3
6
0
0
0
6
8
10
40 cm
7 cm
25
J4
10,6
5,9
19,2
13,1
0
61
96,3
137
0
3
4
3
0
6
9
10
118 cm
10 cm
46

2

P2
J1
8,5
9,6
18,7
31,2
36
72
130
143
3
3
4
5
5
7
11
13
136 cm
11 cm
75
J2
12
12,3
22,7
33,2
35
81
185
200
1
4
5
5
5
9
14
14
123 cm
8 cm
46
J3
7,7
16
38
58
70,5
134
210
205
2
3
5
6
6
11
15
14
127 cm
11 cm
68
J4
2
5,5
14,3
18
22,5
88
130
167
1
2
2
3
4
8
11
13
197 cm
9 cm
39

3

P3
J1
12,5
11,7
25.5
38
42,8
86
103
107
2
4
5
5
5
7
10
11
165 cm
2 cm
29
J2
9
12,4
27,5
41,6
49,1
82
82
109
2
5
6
6
5
9
11
12
88,5 cm
2 cm
29
J3
12,5
7,4
18,1
22,7
33,7
97
107
116
1
2
4
4
4
8
10
11
70 cm
2 cm
30
J4
5
1,1
6,7
12,5
21
70
87
102
0
1
2
3
3
7
7
8
170 cm
2 cm
29
Jumlah
101,5
283,5
384
532,8
310,6
1000,5
1454,9
1672
19
43
87
48
47
98
129
138
1060
88,5
1060
Rata – rata
8,46
23,6
32
44,4
25,8
83,4
121,2
139,3
2
4
7
4
4
8
11
12
88,3
73,7
88,3